Ramai terkait hilangnya uang nasabah Jenius BTPN sebesar Rp 241 juta. Dalam keterangannya, pemilik dana menyebutkan dia sempat ditelepon oleh orang yang mengaku sebagai pegawai di Jenius. Orang tersebut mengaku jika ada penyesuaian tarif feesible dan meminta pemilik dana untuk mengisi formulir pada situs palsu jeniusbtpn.com. Sebenarnya kasus kejahatan di sektor perbankan ini bukanlah hal baru. Banyak modus yang digunakan untuk menipu calon korban. Mulai dari skimming, phising sampai social engineering. Yuk kenali dulu modus-modusnya supaya detikers lebih waspada dan terhindar dari kejahatan ini:
Phising
Phising merupakan salah satu cara yang digunakan penipu untuk mencuri informasi pribadi. Misalnya nomor rekening bank, kata sandi sampai nomor kartu kredit. Modus ini juga digunakan oleh penipu untuk memancing dan mengelabui target. Jadi mereka biasanya mengarahkan orang ke suatu halaman dan meminta calon korban mengisi formulir di laman tersebut.
“Phising itu penjahatnya berpura-pura menjadi orang lain untuk mendapatkan informasi,” kata Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sarjito dikutip dari pemberitaan detikcom (11/12/2020).
Skimming
Modus kejahatan ini juga sering menelan korban. Korban biasanya mendapati rekeningnya kosong, padahal dia tak melakukan transaksi sama sekali. Ketika dilacak di bank, penarikan atau transaksi biasanya terjadi di luar kota dengan jumlah yang beragam. Pengamat IT sekaligus Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah skimming adalah pencurian informasi kartu baik debit maupun kredit dengan cara menyalin informasi yang ada di kartu debit/ATM yang masih menggunakan pita magnetik.
Ruby mengatakan untuk menghindari skimming ini sebelum transaksi, baiknya nasabah memperhatikan detil mesin ATM. Jika ada keanehan atau kejanggalan lebih baik jangan transaksi di mesin itu. “Bisa perhatikan dulu di mulut tempat kartu ATM masuk, jika ada yang aneh atau ada tambahan-tambahan yang janggal, lebih baik jangan lanjutkan transaksinya,” kata dia.
Dia mengungkapkan lebih baik mencari mesin ATM yang berada di kantor cabang bank. Hal ini lebih aman dibandingkan mesin ATM yang tidak memiliki pengawasan ketat. Selanjutnya, nasabah juga bisa mengaktifkan fitur notifikasi melalui SMS. Hal ini untuk memantau pergerakan arus keluar masuk uang yang ada di rekening.
Social Engineering
Nasabah juga harus berhati-hati dengan modus ini. Biasanya pelaku kejahatan memanfaatkan kepanikan dan kelengahan calon korban. Caranya pelaku membuat ganjalan di mulut ATM, sehingga kartu nasabah tersangkut dan tak bisa dikeluarkan. Saat itulah pelaku menjalankan aksinya dengan berpura-pura menolong, padahal dia mengambil kartu asli dan menukarnya dengan kartu yang mereka miliki.
Dari sinilah, ketika nasabah panik mereka biasanya meminta nasabah untuk mengecek kartu tersebut. “Biasanya si pelaku itu akan minta calon korbannya untuk memeriksa dengan memasukkan kartu yang sudah ditukar itu. Karena nasabah masukkin PINnya dia, nggak bisa dong. Pelaku bilang, kalau kartunya sudah diblokir. Padahal dia ngintip nomor PIN yang dimasukkan sama nasabah,” ujar dia.
Mereka mengambil kesempatan dari celah tersebut dan melakukan transaksi secara sah. Hal ini karena PIN dan kartu yang digunakan sesuai dengan yang terekam pada data bank. Nah untuk menghindari hal tersebut, Ruby membagikan tips aman menyimpan uang dan bertransaksi di mesin ATM. Pertama, biasakan jika membuat kartu ATM yang ada nama pemegangnya.